Menunggu Bedug Maghrib dengan Bermain Congklak

| More
12 July 2014
116360_620.jpg
Radio Andika - Kediri - Jatim. Bermain adalah kebutuhan anak-anak yang paling mendasar. Apapun permainannya, selama tidak berat-berat dan lingkungannya aman, ini sangat membantu untuk menghilangkan kebosanan menunggu waktu berbuka puasa untuk anak. Beruntung jika Ibu memiliki tetangga dengan anak yang seumur, dengan begitu mereka bisa bermain bersama di sekitar rumah.Tidak ada salahnya membiarkan anak bermain dengan teman-teman disekitar rumah, tentu sebaiknya dilakukan di sore hari yang sudah mendekati waktu berbuka. Jam-jam ini pula yang paling menjemukan bagi anak. Anak biasanya akan melupakan rasa laparnya saat ia melakukan aktivitas yang seru dan membuatnya senang. Tentunya Ibu perlu mengingatkan asal jangan sampai berlebihan saja. Salah satu permainan yang menyenangkan dan tidak terlalu berat untuk anak adalah permainan congklak.

Permainan Congklak adalah salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak bahkan para remaja khususnya wanita di daerah-daerah.

Pada dasarnya, permainan congklak adalah permainan yang menggunakan papan kayu berlubang dan beberapa biji-bijian dengan jumlah tertentu. Papan tersebut memiliki lubang yang umumnya berjumlah 16 buah. 16 buah lubang yang ada ddi papan tersebut tidaklah sejajar dan lurus, namun 7 buah lubang saling berhadap-hadapan dan 2 lubang lainnya masing-masing berada di ujung kanan dan kirinya, tepat berada di tengah denegan ukuran yang lebih besar. Lubang yang dipojokan di beri nama lumbung yang memang untuk menyimpan biji-bijian milik pemain.

Jumlah biji yang diperlukan untuk bermain dakon/congklak ini adalah 98 biji. Biji yang digunakan pada jaman dahulu dari isi buah sawo atau kerikil, namun dengan perkembangan jaman biji yang dipakai bisa dari apa saja. Masing-masing lubang  diisi oleh 7 buah biji kecuali pada bagian lumbung yang dibiarkan kosong karena untuk menampung biji yang dimiliki oleh kedua pemain. Cara bermain congklak inipun sangat mudah, pemain menebarkan biji-biji atau juga sering disebut dengan buah congklak kedalam setiap lubang termasuk lumbungnya.

Jika biji yang ditebar telah habis di lubang kecil yang berisi dengan biji yang lainnya, pemain bisa mengambil semua biji yang kemudian dilanjutkan menebar biji hingga biji tersebut berhenti pada lubang yang tak berisi biji. Jika biji berhenti di Lumbung miliknya, maka pemain berhak mengambil biji yang ada dilubang untuk terus menebar biji memutar. Namun jika biji yang ditebar habis pada lubang milik lawannya, maka dia tidak akan mendapat apa-apa dan permainan diambil alih oleh sang penantang.

Dahulu di jawa, ketika saya sedang ada dalam permainan ini ada istilah “nembak” dan “mikul“. Mikul terjadi jika biji yang dijalankan berhenti di lubang yang kosong yang berada ditengah-tengah antara kedua lubang yang ada isinya. Pemain berhak mengambil biji dalam ketiga lubang dan menaruk di dalam lumbungnya. Sedangkan nembak bisa terjadi jika pemain berhenti di lubangnya yang kosong kemudian di seberang/ lubang lawan terdapat biji, maka pemain berhak mengambil biji milik lawannya untuk kembali menjadi isi lumbungnya. Permainan ini usai ketika semua biji habis ditebar dan pemenangnya adalah pemain yang memiliki biji lebih banyak.
Permainan ini umum dimainkan oleh ramaja putri dan mungkin permainan ini juga sangat identik dengan wanita. Namun, beberapa pendapat mengatakan, permainan ini ada hubungan erat dengan manajemen dan sistem pengelolaan uang. Dan seorang wanitalah yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan uang dalam rumah tangganya. Permainan congklak/dakon ini juga menggambarkan ketelitian seorang wanita dalam menghitung.

Permainan ini sudah ada di beberapa daerah di penjuru seluruh Indonesia. Di tiap daerah-pun nama-nama dari congklak/dakon ini dikenal dengan nama yang berbeda, dan nama congklak, dhakonan, dhakon  atau dakon ini lebih dikenal di Pulau Jawa. Di Sulawesi permainan ini dinamakan dengan beberapa nama yaitu makotan, anggalacang, nogarata dan manggaleceng. Sedangkan nama Congkak diberikan oleh warga Pulau Sumatera yang berkebudayaan melayu. Dan di Lampung sendiri, permainan ini dikenal dengan nama dentuman lamban. Meski berbeda-beda namanya, permainan ini mempunyai cara bermain yang sama, hmm.. jadi seperti semboyan negeri Indonesia ya.. Bhineka Tunggal Ika.